Sebuah riset menyebutkan, penduduk
Indonesia menghadapi tantangan dalam mempersiapkan hari tua menyusul
rendahnya tingkat finansial dan kekayaan bersih mendatang.
Riset tersebut mengatakan, jumlah tunjangan pensiun yang diwajibkan
pemerintah Indonesia sangat terbatas. Rasio simpanan terhadap produk
domestik bruto (PDB) juga relatif rendah. Padahal, jumlah penduduk yang
membutuhkan pendanaan hari tua amatlah besar.
“Indonesia memang telah menjadi kisah
sukses perekonomian Asia selama beberapa tahun kebelakang. Akan tetapi,
Indonesia juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pensiun
populasinya,” kata Presiden Direktur Manulife Asset Management
Indonesia, Legowo Kusumonegoro, saat jumpa pers mengenai “Aging Asia” di
Jakarta, Selasa (13/11).
Riset Manulife Asset Management
mengelompokkan negara-negara dan teritori ke dalam tiga kategori besar
kesiapan hari tua. Taiwan, Hong Kong, dan Jepang diklarifikasikan
sebagai negara-negara yang kondisinya “sangat menguntungkan”.
Sementara itu, negara Singapura, China,
dan Malaysia memiliki kondisi “menguntungkan”. Sedangkan Indonesia,
Korea Selatan serta Filipina menghadapi “kondisi penuh tantangan”.
Ekonom Manulife Asset Management, Oscar
Gonzales, mengatakan, hal positif dari Indonesia yakni memiliki kondisi
demografis yang menguntungkan karena proporsi populasi usia produktif
(usia 15-60) diperkirakan bertahan pada level di atas 60% sampai dengan
tahun 2050. Hal itu mengindikasikan pertumbuhan jumlah penabung yang
terus meningkat.
Menurutnya, penabung itu harus dapat
lebih diberdayakan untuk menanggung sebagian dari tanggungjawab
menciptakan kesiapan hari tua. Sebab pendapatan individu akan meningkat
sejalan dengan perkiraan naiknya PDB per kapita sebesar 4,4% per tahun
sampai 2050.
“Saling pengaruh diantara faktor-faktor
demografis, finansial dan ekonomi inilah yang akan menentukan apakah
Indonesia akan menjadi cukup kaya untuk membiayai populasi pensiunannya
sebelum negara ini menjadi terlalu tua,” kata Gonzales.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar