Prinsip Dasar Investasi
Ada 2 bentuk investasi:- Investasi pada Aktiva Riil, yaitu investasi dalam bentuk yang dapat dilihat secara fisik, seperti emas, intan, rumah, dll.
- Investasi pada Aktiva Finansial, yaitu investasi dalam bentuk yang biasanya diwakilkan dalam surat-surat berharga, seperti deposito, obligasi, dll.
- Investasi Secara Langsung, artinya: dengan memiliki surat berharga tersebut pemilik dapat menentukan jalannya kebijaksanaan yang juga berpengaruh pada investasi surat berharga yang dimilikinya. Contoh: Saham.
- Investasi Secara Tidak Langsung, artinya: pengelolaan surat berharga diwakilkan oleh suatu badan atau lembaga yang mengolah investasi para pemegang surat berharganya untuk sedapat mungkin menghasilkan keuntungan yang memuaskan para pemegang surat berharganya. Contoh: Reksadana.
- Tujuan Investasi
Tujuan yang utama adalah mengharapkan keuntungan di masa depan. Tujuan yang lainnya yakni mengantisipasi tekanan inflasi.
Contoh:
Jika suku bunga bank 5% per-tahun dan angka inflasi 9%, maka secara jumlah uang kita akan bertambah karena suku bunga. Tetapi secara nilai atau daya beli uang, uang kita mengalami penurunan yang secara kasar adalah sekitar 4%. Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya kita harus melakukan investasi dengan tingkat suku bunga lebih dari 9% atau minimal sama dengan tingkat inflasi.
- Jangka Waktu Investasi
Jangka waktu investasi erat dengan tujuan investasi. Jika kita ingin
mempersiapkan investasi untuk membeli mobil tahun depan, maka kita bisa
berinvestasi pada instrumen investasi jangka pendek. Sedangkan jika
ingin mempersiapkan dana pensiun, maka kita dapat melakukan investasi
pada instrumen investasi jangan panjang.
Jangka waktu investasi juga berkaitan dengan risiko investasi. Jika ingin berinvestasi pada deposito [jangka pendek], maka kita akan mendapatkan hasil yang pasti pada saat jatuh tempo dengan risiko yang relatif kecil, dan mendapatkan keuntungan yang juga kecil. Sedangkan jika ingin investasi di saham [jangka panjang], maka keuntungan atau kerugian bisa terjadi jika hanya melihat pada jangka waktu yang relatif pendek. Sedangkan jika kita lakukan dalam jangka waktu yang rekatif panjang, maka hal ini dapat menekan fluktuasi yang muncul pada jangka pendek.
Investasi jangka pendek bisa memilih: Deposito atau Sertifikat Bank Indonesia [SBI] karena keduanya dapat memberikan kepastian hasil dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Investasi jangka panjang bisa memilih: Saham atau Obligasi.
- Risiko
Dalam berinvestasi, jika ingin mendapatkan hasil yang besar, maka
harus bersiap dengan risiko yang besar pula. Dan jika hanya ingin risiko
yang kecil maka keuntungannya juga akan kecil. Konsep ini dikenal
dengan high risk, high return and low risk, low return.
- Likuiditas
Artinya kemudahan untuk diubah menjadi tunai atau juga mudah
diuangkan. Likuiditas harus disesuaikan dengan tujuan investasi. Jika
investasi untuk pensiun, maka tidak perlu yang terlalu likuid. Sedangkan
jika memerlukan untuk tahun depan, maka berinvestasilah dalam jangka
pendek yang relatif lebih likuid.
Aktiva finansial adalah aktiva yang lebih likuid dibandingkan dengan aktiva riil. Contoh: Sertifikat Deposito lebih mudah diuangkan dibandingkan mobil atau rumah. Mengapa demikian? Karena nilai aktiva finansial lebih mudah diukur sesuai dengan nilai yang tertera pada portfolio/surat berharga tersebut. Sedangkan nilai pada aktiva riil akan lebih sulit diukur karena orang akan menilai/melakukan penawaran terhadap aktiva riil yang dijual sehingga akan terjadi tawar menawar untuk menentukan nilai atau harga yang pantas.
- Pajak
Hasil investasi akan dikenakan pajak BUKAN pada pokoknya melainkan
pada hasil investasinya. Besar pajak pada investasi di Indonesia sekitar
20%.
Memperhitungkan besar kecilnya pajak sebelum melakukan investasi adalah hal yang bijaksana. Artinya, seorang investor sebaiknya memikirkan dulu berapa besar keuntungan yang didapat dari hasil investasinya dibandingkan dengan pajak yang akan dikenakan pada hasil investasinya. Hal ini perlu untuk dapat menentukan hasil investasi bersih setelah pajak.
A. Investasi di Pasar Uang
1. Deposito
- Deposito Berjangka
Investor menanamkan uang dalam jangka waktu pendek [biasanya tidak
lebih dari 1 tahun], dan saat jatuh tempo akan menerima kembali dana
yang diinvestasikan bersama dengan bunga/hasil investasinya. Pada
portfolio/surat berharga tersebut tertera besar dana yang
diinvestasikan, jangka waktu, nama nasabah/investor, serta besar bunga
yang akan didapat pada saat jatuh tempo.
- Sertifikat Deposito
Berbeda dengan Deposito Berjangka, pada Sertifikat Deposito bunga
akan diterima diawal. Instrumen ini mempunyai jangka waktu kurang lebih
sama dengan Deposito Berjangka, yaitu di bawah 1 tahun. Pada portfolio
hanya tertulis besar dana yang diinvestasikan, jangka waktu dan besar
bunga. Nama nasabah/investor tidak tertulis di sini, sehingga bisa
diperjual belikan.
Investor menanamkan dana dalam jangka waktu tertentu, biasanya jangka pendek, dan dapat memperoleh hasil berupa bunga. Bunga atau hasil pada instrumen ini biasanya kecil sesuai dengan risikonya.
- Sertifikat Bank Indonesia [SBI]
Merupakan surat pengakuan hutang dari Bank Indonesia [BI]. BI
mengeluarkan portfolio/surat berharga yang sudah tertera nilai dari
portfolio tersebut, dengan jangka waktu tertentu, dan besar hasil
investasi yang dijanjikan pada saat jatuh tempo. Jika investor membeli
portfolio ini maka ia akan mendapatkan keuntungan berupa hasil investasi
yang berbentuk bunga pada saat jatuh tempo. Bunga SBI biasanya berkisar
1% hingga 2% di atas rata-rata bunga bank umum. Tidak tercantum nama
nasabah/investor dalam portfolio ini sehingga dapat diperjual belikan.
- Commercial Paper [Surat Berharga]
Diterbitkan oleh perusahaan umum guna mendapatkan modal untuk
pengembangan usahanya. Tidak ada jaminan spesifik dan pasti karena jika
perusahaan tersebut pailit maka tidak ada jaminan yang pasti bagi para
investornya. Penjualan Surat Berharga ini biasanya dilakukan melalui
perantara bank umum. Serupa dengan Sertifikat Deposito atau SBI, Surat
Berharga ini tidak memuat nama investor sehingga dapat diperjual
belikan. Surat Berharga ini biasanya kurang diminati karena hasil yang
kecil tapi dengan risiko yang relatif besar.
- Obligasi
Instrumen investasi yang memberikan hasil investasi tetap berupa
bunga atau yang lebih dikenal dengan nama Kupon, yakni bunga yang
didapat pada Obligasi dan besarnya sudah ditetapkan sejak awal, serta
tidak dapat diubah hingga jatuh tempo. Walaupun pada saat tertentu nilai
Obligasi ini mengalami penurunan atau kenaikan, besarnya bunga Kupon
yang sudah dijanjikan di awal tidak akan berubah hingga jatuh tempo
Obligasi berakhir.
Obligasi dikeluarkan dengan tujuan agar perusahaan yang mengeluarkan Obligasi tersebut mendapatkan sejumlah dana untuk mengembangkan bisnisnya dengan menerbitkan dan menjual surat berharga tersebut dan menjanjikan Kupon [bunga] yang tetap sebagai kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan hingga jatuh tempo. Saat jatuh tempo, perusahaan membeli kembali Obligasi dengan nilainya. Oleh sebab itu Obligasi juga dikenal dengan Surat Hutang.
- Saham
Memiliki saham sama dengan memiliki aset perusahaan itu sendiri.
Artinya, jika memiliki 70% saham dari satu perusahaan, maka 70% aset
perusahaan tersebut menjadi hak pemilik saham tersebut. Jika memiliki
saham mayoritas pasa suatu perusahaan, tentu saja pemilik saham
mayoritas tersebut berhak memiliki hak terbanyak untuk menentukan
jalannya perusahaan, dan berhak pula mendapatkan hasil terbanyak sesuai
dengan proporsi kepemilikan sahamnya.
Dalam hal keuntungan, instrumen investasi ini bisa memberikan keuntungan yang relatif sangat besar, sekaligus memiliki risiko yang besar pula. Keuntungan pada saham disebut dengan Dividen. Selain itu, keuntungan pada saham juga bisa didapat dari selisih harga pada saat membeli dan saat menjual, atau dikenal dengan Capital Gain. Namun jika harga jual lebih murah dari harga beli, maka akan terjadi kerugian atau Capital Loss.
Sesuaikan dengan tujuan investasi kita dan bagaimana tingkat toleransi terhadap risiko. SBI, deposito bank, serta instrumen pasar uang lainnya cocok untuk investasi jangan pendek. Meski keuntungan relatif kecil, tapi risikonya juga relatif kecil. Sedangkan Obligasi cocok untuk investasi jangka menengah, dengan keuntungan dan risiko yang sedang. Sementara saham cocok untuk investasi jangka panjang, dengan keuntungan dan risiko yang relatif tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar